Sebelum membahas Timur Lenk, penting untuk memahami dua tokoh besar yang mendahuluinya, yaitu Jenghis Khan dan Hulagu Khan. Keduanya merupakan pemimpin Mongol yang meninggalkan jejak besar dalam sejarah dunia.
Jenghis Khan (1162–1227): Pendiri Kekaisaran Mongol
Jenghis Khan, lahir dengan nama Temujin, adalah pendiri Kekaisaran Mongol yang pada puncaknya menjadi kerajaan terbesar dalam sejarah. Ia dikenal karena strategi militernya yang canggih dan kekejamannya dalam menaklukkan wilayah. Sebagai seorang pemimpin militer, Jenghis Khan menerapkan sistem komando yang disiplin, menggunakan spionase untuk mengetahui kelemahan musuh, serta membangun jaringan komunikasi yang memungkinkan pasukannya bergerak cepat dan efektif.
Di bawah kepemimpinannya, pasukan Mongol menghancurkan berbagai kerajaan, termasuk Dinasti Jin di Tiongkok, Kekaisaran Khwarezmia di Persia, dan wilayah lainnya. Kota-kota yang menolak tunduk sering kali mengalami kehancuran total dengan pembantaian massal terhadap penduduknya. Namun, Jenghis Khan juga menerapkan hukum yang ketat melalui “Yassa,” sebuah kode hukum yang mencakup peraturan perang, keadilan sosial, dan perdagangan. Ia juga mendorong perdagangan melalui Jalur Sutra dan menjamin perlindungan bagi para pedagang serta utusan yang melewati wilayah Mongol.
Hulagu Khan (1218–1265): Penghancur Baghdad
Hulagu Khan adalah cucu Jenghis Khan yang memimpin ekspedisi Mongol ke Timur Tengah. Pada tahun 1258, ia menyerang Baghdad dan menghancurkan Kekhalifahan Abbasiyah, menewaskan Khalifah Al-Musta’sim. Hulagu Khan dikenal karena pembantaiannya yang mengerikan terhadap penduduk Muslim dan penghancuran pusat peradaban Islam, termasuk perpustakaan besar di Baghdad yang berisi ribuan manuskrip berharga.
Serangan Hulagu terhadap Baghdad menyebabkan kehancuran besar bagi dunia Islam. Sungai Tigris dilaporkan berubah warna menjadi hitam karena tinta dari buku-buku yang dilemparkan ke dalam air. Meskipun awalnya kejam terhadap Muslim, keturunannya di Persia (Dinasti Ilkhan) kemudian memeluk Islam dan mulai mendukung perkembangan budaya dan sains di wilayah mereka.
Munculnya Timur Lenk (1336–1405)
Timur Lenk (Tamerlane) lahir pada tahun 1336 di Kesh (dekat Samarkand, Uzbekistan). Ia berasal dari suku Barlas, keturunan Mongol yang telah terislamisasi. Meskipun bukan keturunan langsung Jenghis Khan, Timur Lenk sangat mengagumi prestasi Mongol dan berusaha meniru mereka dalam strategi militer dan ekspansi wilayah.
Timur Lenk mendapatkan julukan “Lenk” atau “Lame” karena mengalami cedera kaki akibat luka panah saat muda. Meskipun cacat fisik, ia memiliki ambisi besar dan keterampilan militer yang luar biasa. Sejak muda, Timur Lenk menunjukkan bakat sebagai pemimpin militer yang kejam dan ambisius. Ia mulai membangun kekuasaannya di Transoxiana (kini Uzbekistan) dan perlahan menguasai wilayah Asia Tengah, Persia, dan India. Ia menyatakan dirinya sebagai pewaris sah Jenghis Khan meskipun tidak memiliki garis keturunan langsung.
Keberingasan Timur Lenk dalam Memerintah dan Menyerang
1. Kekejaman dalam Perang
Timur Lenk terkenal dengan kebrutalannya saat menaklukkan suatu wilayah. Ia menggunakan taktik teror dengan membantai seluruh penduduk kota yang melawan. Beberapa contoh kebrutalannya antara lain:
- Penaklukan Isfahan (1387): Setelah penduduk Isfahan melakukan pemberontakan, Timur Lenk membantai sekitar 70.000 orang dan membangun menara dari tengkorak manusia sebagai peringatan bagi yang melawan.
- Serangan ke Delhi (1398): Dalam penyerbuan ke India, pasukannya membunuh sekitar 100.000 tawanan Hindu dalam satu malam sebelum menyerang Delhi. Kota tersebut dihancurkan dan banyak penduduknya dibantai tanpa belas kasihan.
- Penaklukan Damaskus dan Baghdad: Kota-kota ini menjadi sasaran penghancuran besar-besaran. Ia membantai ribuan orang di Baghdad dan menjarah Damaskus, membakar banyak bangunan dan infrastruktur. Meskipun ia seorang Muslim, ia tidak segan-segan membunuh Muslim lainnya yang tidak tunduk pada perintahnya.
2. Paksaan terhadap Ulama
Meskipun Timur Lenk adalah seorang Muslim, ia sering memaksa ulama untuk memberikan fatwa yang mendukung kebijakan dan keinginannya. Ulama yang menolak sering dihukum berat, bahkan dibunuh. Ia juga membenarkan ekspansi brutalnya dengan alasan jihad, meskipun banyak korbannya adalah sesama Muslim. Salah satu contoh adalah ketika ia memerintahkan para ulama untuk mengesahkan kekuasaannya sebagai penguasa Islam yang sah, meskipun ia lebih dikenal sebagai penakluk brutal dibanding sebagai pemimpin yang taat.
3. Kebijakan Politik dan Pemerintahan
Timur Lenk bukan hanya penakluk, tetapi juga seorang pemimpin yang ingin membangun pusat kekuasaan yang kuat. Ia menjadikan Samarkand sebagai ibu kota dan mengembangkan seni, budaya, serta arsitektur di sana. Ia membangun berbagai madrasah, masjid, dan bangunan megah yang masih bertahan hingga kini.
Namun, sistem pemerintahannya sangat bergantung pada ketakutan dan kekerasan. Ia tidak memiliki sistem pemerintahan yang stabil seperti Kekhalifahan Abbasiyah atau Utsmaniyah. Alih-alih menciptakan pemerintahan yang terorganisir, ia lebih tertarik pada penaklukan dan penghancuran lawan-lawannya.
Akhir Hidup dan Warisan Timur Lenk
Timur Lenk meninggal pada tahun 1405 dalam ekspedisi ke Tiongkok. Kekaisarannya segera runtuh setelah kematiannya karena kurangnya penerus yang kuat. Meski demikian, pengaruhnya tetap terasa dalam sejarah Asia Tengah dan Timur Tengah. Warisannya dilanjutkan oleh Dinasti Timurid, yang kemudian melahirkan tokoh besar seperti Babur, pendiri Kesultanan Mughal di India.
Kesimpulan
Timur Lenk adalah sosok penguasa yang unik: seorang Muslim yang mengadopsi taktik Mongol yang brutal, memaksakan kehendaknya terhadap ulama, dan menciptakan ketakutan di berbagai penjuru dunia Islam. Meskipun ia membawa kemajuan di beberapa bidang, kekejamannya dalam perang membuatnya dikenang sebagai salah satu penakluk paling kejam dalam sejarah.
Referensi
- Manz, Beatrice Forbes. The Rise and Rule of Tamerlane. Cambridge University Press, 1999.
- Lamb, Harold. Tamerlane: The Earth Shaker. Robert Hale Ltd, 1928.
- Marozzi, Justin. Tamerlane: Sword of Islam, Conqueror of the World. HarperCollins, 2004.
- Grousset, René. The Empire of the Steppes: A History of Central Asia. Rutgers University Press, 1970.
- Ibn Arabshah, Ahmad. The Life of Timur. Translated by J.H. Sanders, 1936.
Tinggalkan Balasan